Autisme adalah salah satu masalah pada anak yang cukup sering dibahas dalam masyarakat. Perilaku, pemikiran, dan cara berkomunikasi mereka yang unik membuatnya mencolok dan mudah untuk dikenali. Sayangnya, keunikan ini terkadang dapat menghambat mereka dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Untungnya, sekarang ini sudah banyak sekolah atau kelas khusus yang berfokus untuk membimbing anak yang mengalami autisme agar bisa beraktivitas dengan mudah dan mandiri. Lantas, seperti apa itu autisme, serta apa saja ciri dan cara penanganannya? Ketahui selengkapnya di bawah!
Baca juga: Tidak Sama ! Ini 4 Perbedaan Autisme dan Down Syndrome yang Perlu Diketahui
Apa Itu Autisme?
Autisme atau autism spectrum disorder (ASD) adalah salah satu jenis masalah pada perkembangan saraf anak yang sering muncul pada masa kanak-kanak. Biasanya gangguan ini lebih sering muncul pada anak laki-laki daripada perempuan.
Anak yang menderita autisme mudah untuk dikenali karena mereka memiliki cara berkomunikasi dan bersosialisasi yang berbeda. Tidak hanya itu, mereka juga kadang kala melakukan suatu perilaku yang berpola dan berulang.
Gejala dari autisme umumnya muncul di kisaran usia 12-24 bulan, tetapi ada juga anak yang dapat memperlihatkan tanda-tanda autisme lebih awal atau setelah melewati usia 24 bulan.
Biasanya, gejala awal dari autisme adalah keterlambatan atau hambatan dalam mempelajari bahasa atau di perkembangan sosial. Secara garis besar terdapat lima jenis gangguan autisme, yaitu:
- Autisme yang diiringi atau tidak diiringi dengan gangguan intelektual
- Autisme yang diiringi atau tidak diiringi dengan gangguan dalam berbahasa
- Autisme yang disertai katatonia
- Autisme yang berhubungan dengan faktor genetik, lingkungan, atau medis
- Autisme yang berhubungan dengan masalah mental, perilaku, atau perkembangan saraf
Gejala Autisme
Setelah memahami apa itu autisme, maka selanjutnya yang perlu kamu ketahui adalah apa saja ciri-ciri dari gangguan autisme. Berdasarkan DSM-5, gejala dari autisme terbagi menjadi dua kategori, yaitu masalah pada komunikasi dan interaksi sosial, serta adanya perilaku atau aktivitas yang berpola, terbatas, atau berulang.
Berikut adalah penjelasan detail dari gejala-gejala autisme:
- Masalah pada Komunikasi dan Interaksi Sosial
Gejala autisme pertama ini dapat muncul sebelum usia 5 tahun dan meliputi kesulitan dalam bersosialisasi serta berkomunikasi secara verbal maupun non-verbal. Seiring bertambahnya usia, masalah ini akan semakin terlihat.
Misalnya, anak tidak melakukan kontak mata saat berbicara, kesusahan mengekspresikan emosi secara verbal maupun non-verbal, sulit membaca mimik wajah orang lain, tidak mengikuti arah yang ditunjuk orang lain, memiliki kosa kata yang terbatas, berbicara dengan nada yang datar, dan sebagainya. - Perilaku atau Aktivitas yang Berpola, Berulang, atau Terbatas
Anak yang mengalami autisme dapat melakukan perilaku atau aktivitas tertentu secara berpola atau terus-menerus, seperti melakukan gerakan tubuh yang berulang, menyusun mainan dalam urutan tertentu dan marah ketika ada yang mengacaknya, mengulangi kata atau kalimat tertentu, terlalu fokus melihat satu benda atau hanya tertarik pada satu objek tertentu, dan sebagainya. - Gejala Lainnya
Selain kedua gejala utama di atas, masih ada berbagai ciri-ciri dari autisme lainnya, seperti:- Pola makan, preferensi makanan, atau pola tidur yang tidak biasa
- Masalah pada kemampuan kognitif, kemampuan motorik, atau kemampuan berbahasa
- Bereaksi secara emosional secara tidak terprediksi
- Sensitif terhadap stres, cahaya terang, dan suara bising
- Kesulitan memproses informasi
- Mudah merasa stres atau cemas secara berlebih
- Kejang-kejang
- Mengalami gangguan pada pencernaan, seperti diare atau sembelit
- Berperilaku secara impulsif
- Hiperaktif
- Merasa cemas dan marah di situasi sosial atau lingkungan yang tidak familiar
- Kesulitan untuk fokus
- Tingkat ketakutan yang terlalu rendah atau tinggi
Baca juga: 4 Hal Mengenai Down Syndrome: Definisi, Gejala, Penyebab, dan Pengobatan
Penyebab Autisme
Meskipun peneliti sudah memahami apa itu autisme beserta gejalanya, tetapi masih belum diketahui penyebab pasti dari masalah pada anak ini. Namun, ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami autisme, seperti:
- Lahir dengan berat badan yang rendah
- Terpapar racun, logam berat, kandungan sodium valproat, atau talidomid ketika masih dalam kandungan
- Mengalami mutasi genetik
- Ada ketidakseimbangan metabolik
- Mengalami komplikasi saat lahir
- Mempunyai anggota keluarga yang mengalami autisme
- Ibu pernah menderita infeksi virus saat masih mengandung
- Memiliki masalah genetik
- Lahir dari orang tua yang sudah lanjut usia
Cara Mengobati Autisme
Sampai saat ini belum ada cara yang benar-benar efektif untuk bisa mengobati autisme secara tuntas. Saat ini penanganan untuk anak yang mengalami autisme hanya untuk meredakan gejala yang diderita. Tentunya dibutuhkan diagnosis resmi dari tenaga ahli untuk memastikan seseorang mengalami autisme atau tidak.
Cara mengobati autisme dapat berupa terapi berbicara, terapi perilaku, terapi bermain, terapi okupasi, dan terapi fisik. Anak yang mempunyai autisme juga disarankan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi imbang dan bebas dari pewarna makanan, pemanis tambahan, dan pengawet makanan.
Apabila kamu tertarik untuk mengetahui lebih banyak soal gangguan psikologis pada anak, bergabunglah dalam grup Telegram Dear Senja di sini!
Referensi
CDC. (2022). What Is Autism Spectrum Disorder?. www.cdc(dot)gov
Healthline. (2021). Everything You Need to Know About Autism Spectrum Disorder (ASD). www.healthline(dot)com
NHS. (2022). What Is Autism?. www.nhs(dot)uk
