Apa Toxic Positivity Adalah Penyemangat atau Menjatuhkan? Yuk Kenali Contohnya!
Yuk Share!

Menjadi pribadi yang positif tentunya dapat membantumu dalam mengatasi stres dan memberikan perspektif yang baru mengenai kehidupan. Memiliki pandangan hidup yang positif bisa meningkatkan daya juang dan membuatmu fokus pada penyelesaian masalah.

Sayangnya, segala sesuatu yang berlebih justru dapat merugikan daripada memberikan dampak yang positif. Nah, menjadi terlalu positif atau toxic positivity juga dapat memberikan efek yang negatif terhadap kehidupanmu, lho! Cari tahu lebih lanjut mengenai apa itu toxic positivity serta contoh dan dampak dari toxic positivity melalui artikel ini!

Baca juga: Awas! Toxic Productivity Adalah Hal yang Sering Terjadi! Ini Penjelasan & Tips Menghindarinya!

Apa Itu Toxic Positivity

Apa Toxic Positivity Adalah Penyemangat atau Malah Menjatuhkan?
Sumber gambar: https://unsplash(dot)com/photos/qe5mRoPJjQ0

Toxic positivity adalah perilaku di mana seseorang menjadi terlalu terobsesi untuk menjadi pribadi yang positif sampai-sampai semuanya harus dilihat dengan kacamata yang lebih positif.

Tidak ada yang salah dengan menjadi orang yang lebih positif, tapi kalau sampai menjurus ke toxic positivity, kamu perlu berdiam diri dan merefleksikan diri sejenak. Memiliki pola pikir toxic positivity artinya kamu akan selalu mencari benang merah atau sisi positif dari segala kejadian buruk.

Sekilas ini terlihat sebagai sesuatu yang baik, tapi toxic positivity malah membuatmu menjadi tidak menerima dan mengolah suatu kejadian secara objektif. Kamu juga jadinya tidak menganggap keberadaan dari emosi-emosi negatif yang kamu atau orang lain rasakan.

Orang yang menganut toxic positivity akan berusaha tetap tersenyum, menekan segala emosi negatifnya, dan menampilkan sikap yang positif meskipun dirinya sedang sedih atau kecewa.

Seseorang bisa terjebak dalam toxic positivity karena adanya keyakinan kalau dia harus selalu menjadi pribadi yang positif atau karena tuntutan dari luar, seperti lingkungan kerja atau keluarga, yang mengharuskannya untuk tetap terlihat baik-baik saja.

Menganut persepsi positif yang sehat akan sangat membantumu untuk terus berjuang dalam kehidupan, menerima kenyataan dan kejadian secara objektif, serta mencari berbagai jalan keluar untuk tiap tantangan yang kamu hadapi. Namun, lain halnya dengan orang yang menganut toxic positivity.

Alih-alih memikirkan solusi, mereka hanya mengesampingkan emosi negatif yang dirasakan dan menganggap semuanya baik-baik saja atau kejadian tragis yang dia alami adalah sesuatu yang baik dan positif. Dia merasa tidak membutuhkan bantuan dari siapapun.

Contoh Toxic Positivity

Apa Toxic Positivity Adalah Penyemangat atau Malah Menjatuhkan?
Sumber gambar: https://unsplash(dot)com/photos/8R-mXppeakM

Toxic positivity sekilas adalah sesuatu yang terlihat sebagai sesuatu yang normal. Padahal ada banyak contoh toxic positivity yang sebenarnya sering terjadi dan mungkin pernah kamu alami atau bahkan lakukan, seperti:

  • Meresponi semua hal buruk yang dialami dirinya ataupun orang lain dengan “Semua yang terjadi pasti ada alasannya”
  • Memaksa seseorang untuk tidak terus bersedih dan fokus ke aspek positif di segala situasi yang menyakitkan hati
  • Tidak ingin membicarakan emosi negatif
  • Tidak ingin mendengarkan masalah yang dialami orang lain
  • Memberitahu orang tua yang baru saja kehilangan anak kalau setidaknya mereka pernah punya anak
  • Merasa harus selalu tersenyum dan terlihat tegar meskipun sedang berada di masa-masa yang sulit
  • Selalu harus menekankan atau membicarakan hal-hal yang disyukuri tiap harinya ke orang lain
  • Meresponi masalah orang lain dengan ungkapan “Bisa jadi lebih buruk”
  • Merasa kalau orang-orang yang tidak mengekspresikan dan membicarakan emosi serta selalu positif adalah orang-orang yang kuat
  • Memaksa orang untuk selalu terus berkembang dan positif saat sedang tertekan dan bersedih

Toxic positivity bukanlah sesuatu yang perlu dinormalisasi karena pada dasarnya tiap manusia pasti merasakan naik turunnya emosi dan tidak selamanya seseorang bisa terus menjadi pribadi yang positif. Ada kalanya kamu perlu merasakan dan mengolah emosi negatif yang dialami alih-alih mengesampingkannya.

Justru dengan merasakan dan menerima emosi tersebut, kamu bisa lebih memahami diri, berkembang menjadi lebih baik, dan mendapatkan solusi yang tepat untuk permasalahan yang kamu alami.

Baca juga: Apa Itu Self-sabotage? Ini Definisi, Dampak, Contoh, dan Tips Menghindarinya

Dampak Toxic Positivity

Apa Toxic Positivity Adalah Penyemangat atau Malah Menjatuhkan?
Sumber gambar: https://unsplash(dot)com/photos/yOSHqKxyz-g

Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, toxic positivity adalah perilaku yang berlebihan serta dapat merugikan seseorang dan orang di sekitarnya. Seseorang yang menganut toxic positivity akan menekan emosi-emosi negatif yang dia rasakan alih-alih mengolahnya secara sehat.

Ini tentunya akan berdampak pada kesehatan mental mereka dan membuat mereka merasa minder atau lemah ketika tidak mampu mempertahankan persepsi positif yang dimiliki.

Selain itu, toxic positivity akan membuatmu sulit untuk berempati dengan orang lain dan pada akhirnya orang-orang di sekitarmu akan merasa kalau kamu tidak ingin memahami apa yang sedang mereka rasakan dan pikirkan.

Perilaku toxic positivity dapat mengganggu hubunganmu dengan orang terdekat dan malah berpotensi membuatmu cekcok dengan orang sekitarmu dan memicu miskomunikasi.

Tidak hanya itu, toxic positivity juga membuat seseorang tidak menganggap suatu masalah sebagai sesuatu yang kecil atau tidak serius, padahal ada banyak isu yang perlu diperhatikan dan diatasi, seperti masalah gangguan mental, berada di hubungan yang sarat kekerasan, kehilangan orang yang disayangi, atau bencana alam.

Pola pikir toxic positivity dapat memicu rasa bersalah dan malu di diri orang lain karena kamu tidak memvalidasi pemikiran serta emosi mereka dan bahkan membuat mereka mempertanyakan diri mereka sendiri.

Mengalami hal buruk dan merasakan emosi negatif bukanlah sesuatu yang aneh atau perlu dihindari. Kamu tetap perlu melihat situasi dari kedua sisi dan mengolah segala emosi serta pemikiran yang kamu miliki.

Jangan ragu untuk bercerita dengan orang terdekat yang dipercaya karena mencari bantuan tidak berarti kamu lemah, itu artinya kamu memiliki kesadaran terhadap diri dan ingin menjadi lebih baik.

Toxic positivity adalah sesuatu yang perlu diubah karena pada akhirnya menjadi terlalu positif justru bisa berdampak negatif terhadap kehidupan sehari-hari. Kalau kamu memiliki kesulitan untuk mengelola emosi yang kamu rasakan, kamu bisa berkonsultasi ke tenaga ahli, seperti psikolog, konselor, psikiater, atau terapis.

Referensi

Healthline. (2020). ‘Toxic Positivity’ Is Real – and It’s a Big Problem During the Pandemic. www.healthline(dot)com

Medical News Today. (2021). What to Know About Toxic Positivity. www.medicalnewstoday(dot)com

Verywell Mind. (2021). What Is Toxic Positivity?. www.verywellmind(dot)com

WebMD. (2020). How to Spot Positivity. www.webmd(dot)com


Yuk Share!

Leave a Reply

×

 

Hello!

Terimakasih sudah mengunjungi website Dear Senja. Ada yang bisa kami bantu?

× Contact Us On WhatsApp