Awas! Toxic Productivity Adalah Hal yang Sering Terjadi! Ini Penjelasannya!
Yuk Share!

Sudah sewajarnya manusia harus terus berkembang dan bertumbuh dengan menambah ilmu serta mengasah kemampuan. Namun, kecanduan sibuk atau bahkan memaksa diri untuk terus produktif bisa menjadi sesuatu yang berdampak buruk bagimu.

Nah, selain toxic positivity, ada pula toxic productivity yang adalah istilah yang merujuk pada keinginan untuk menjadi produktif secara berlebih. Menjadi produktif tentunya merupakan hal positif yang membantu membuat kita bertumbuh, tapi berbeda jika kamu melakukannya secara berlebih.

Baca juga: Apa Itu Perfeksionis? Ini Definisi, Contoh Serta Cara Mengatasinya

Apa Itu Toxic Productivity?

Awas! Toxic Productivity Adalah Hal yang Sering Terjadi!
Sumber gambar: https://unsplash(dot)com/photos/QBpZGqEMsKg

Toxic productivity adalah suatu keinginan yang tidak sehat atau pola pikir kalau apapun yang terjadi dia harus tetap produktif. Toxic productivity dapat menjurus ke kecanduan sibuk yang akhirnya membuat seseorang menjadi workaholic dan tidak memikirkan kesehatan serta hubungan sosialnya.

Menjadi produktif memang penting dan diperlukan untuk tetap berkembang menjadi lebih baik, tapi kalau keinginan untuk menjadi produktif sudah terlalu berlebihan sampai-sampai menimbulkan rasa bersalah ketika kamu beristirahat atau tidak melakukan apa-apa, maka hal tersebut sudah tidak sehat lagi.

Kondisi inilah yang dikenal sebagai toxic productivity yang biasanya diidap oleh orang-orang yang workaholic. Salah satu gejala dari toxic productivity adalah terus-menerus menekan diri untuk bekerja atau belajar secara berlebih.

Gejala lain dari toxic productivity adalah merasa bersalah ketika tugas atau proyeknya sudah berakhir karena ia merasa belum melakukan semuanya dengan maksimal. Orang yang menerapkan toxic productivity juga rela melakukan pekerjaannya selama lebih dari berjam-jam.

Toxic productivity membuat seseorang tidak menghargai usaha dan pencapaiannya serta membuatnya terus-menerus merasa kurang dan gagal tiap harinya. Rasa bersalah karena tidak mampu berbuat lebih akan terus menghantui orang-orang yang memiliki toxic productivity.

Toxic productivity juga dapat berdampak pada kesehatan fisik maupun mental. Manusia tentunya tidak bisa terus-menerus bekerja tiap harinya dan sesekali kamu perlu waktu luang untuk beristirahat serta mengelola segala stres yang kamu alami.

Namun, orang yang mempunyai toxic productivity akan merasa cemas dan bersalah jika dirinya beristirahat di waktu luang. Mereka akan menggunakan waktu senggang tersebut untuk belajar atau bekerja alih-alih untuk refreshing setelah seharian sudah suntuk dengan berbagai kegiatan.

Jika kamu tetap menerapkan toxic productivity, maka lama kelamaan segala stres dan tekanan yang kamu alami akan menumpuk dan pada akhirnya kamu akan mengalami burnout atau merasa kewalahan dengan pekerjaanmu. Bahkan, toxic productivity juga berpotensi menimbulkan depresi.

Selain berdampak pada kesehatan fisikmu, toxic productivity juga memengaruhi emosimu dan membuatmu menjadi lebih mudah kesal atau marah pada orang lain. Hal ini tentunya akan berdampak pada hubunganmu dengan orang-orang terdekat.

Masalah toxic productivity merupakan sesuatu yang makin terlihat sejak pandemi karena kebanyakan dari kita merasa dituntut untuk tetap mengasah diri dan tidak boleh ketinggalan dari yang lain, terutama karena bertambah banyaknya waktu luang yang dimiliki. Namun, apa sebenarnya penyebab toxic productivity?

Penyebab Toxic Productivity

Awas! Toxic Productivity Adalah Hal yang Sering Terjadi!
Sumber gambar: https://unsplash(dot)com/photos/HXOllTSwrpM
  1. Pengalihan diri. Toxic productivity adalah sesuatu yang muncul sebagai bentuk dari pengalihan diri. Terkadang untuk melupakan rasa cemas atau takut akan ketidakpastian kehidupan atau rasa kosong yang dirasakan sehari-hari, kamu dapat mengisinya dengan berbagai kesibukan.
  2. Pelarian. Terus-menerus bekerja dan mengasah diri dapat menjadi pelarian dari segala emosi negatif yang dilakukan, kamu hanya akan terus fokus pada kegiatanmu daripada memikirkan atau merasakan segala emosi serta pemikiran yang kamu miliki.
  3. Kehilangan Kontrol diri & Ingin merasa Aman. Penyebab toxic productivity merupakan sesuatu yang sangat manusiawi, yaitu takut kehilangan kontrol atas hidup dan ingin merasa aman. Melakukan berbagai aktivitas dapat menjadi cara untuk merasa aman karena kamu merasa kamu sedang melakukan sesuatu alih-alih hanya diam dan terbenam dalam segala masalahmu.
  4. Tekanan dari orang lain. Tak hanya itu, toxic productivity juga bisa timbul karena adanya tekanan dari luar yang mengharuskan seseorang untuk tetap aktif. Misalnya, kalau tidak melakukan apa-apa, maka orang tersebut akan dianggap sebagai pemalas, atau kalau tidak terus-menerus mengasah diri setiap saat, maka kita akan ketinggalan dari yang lain.

Tentunya memanfaatkan waktu luang secara produktif adalah hal yang penting, tapi tidak berarti kamu terus-menerus melakukannya setiap saat sampai-sampai lupa untuk memperhatikan kondisi kesehatan dan orang-orang di sekitarmu.

Baca juga: Sulit Berkata Tidak? Ini 10 Cara untuk Berhenti Menjadi People Pleaser

Tips Menghindari Toxic Productivity

Awas! Toxic Productivity Adalah Hal yang Sering Terjadi!
Sumber gambar: https://unsplash(dot)com/photos/Z3ownETsdNQ

Toxic productivity adalah pola pikir yang sangat mudah melekat terutama dalam era modern ini yang menuntut orang-orang untuk menjadi serba cepat. Untungnya, kamu bisa menghindari perangkap toxic productivity ini dengan beberapa cara di bawah ini:

  1. Sadari Tanda-Tandanya
    Langkah pertama dalam tips menghindari toxic productivity adalah dengan menyadari kalau kamu sudah mulai terjebak dalam pola pikir toxic productivity. Kalau kamu sudah mulai merasa gelisah ketika tidak mengerjakan apapun atau saat kamu merasa istirahat itu buang-buang waktu, maka sudah saatnya kamu untuk berhenti sejenak.

    Gejala awal lainnya dari toxic productivity adalah perasaan bersalah ketika kamu tidak mengerjakan apapun. Ingatkan dirimu kalau manusia tetap perlu beristirahat dan bersantai sejenak sebelum mulai bekerja kembali.
  2. Ganti Pertanyaan “Apa yang Harus Dilakukan?”
    Alih-alih berpikir mengenai apa yang harus kamu lakukan bahkan di saat weekend, coba ganti dengan “Apa yang bisa saya lakukan supaya saya bisa merasa lebih tenang?” atau “Bagaimana cara saya menyelesaikan ini tanpa menambah beban stres saya?”
  3. Tidak Perlu Terlalu Menekan Diri
    Kamu tidak perlu membuktikan pada siapapun kalau kamu bisa melakukan sesuatu secara berlebih. Orang di sekitarmu dan atasanmu belum tentu bisa menyadari hal-hal ekstra yang kamu lakukan. Akan lebih baik kalau kamu hanya melakukan apa yang semestinya kamu lakukan tanpa perlu memaksa dirimu untuk melakukan sesuatu secara berlebih.
  4. Hidupmu Tidak Hanya Pekerjaanmu Saja
    Ingatkan dirimu kalau kehidupanmu tidak hanya meliputi pekerjaan di kantor atau prestasi di sekolah. Identitas dirimu tidak sebatas pencapaian dan aktivitas yang kamu lakukan. Kamu masih ada aspek-aspek kehidupan lainnya yang perlu kamu perhatikan, seperti keluarga dan teman dekat.
  5. Alokasikan Waktu untuk Diri Sendiri
    Sisihkan waktu untuk dirimu sendiri, kamu tidak perlu memaksakan dirimu untuk terus bekerja dan tidak memiliki waktu luang untuk beristirahat dan recharge diri. Akan lebih baik kalau kamu memiliki jadwal khusus untuk dirimu sendiri, misalnya tiap hari Sabtu atau Minggu.

    Kamu juga bisa menyisihkan waktu luang di tengah-tengah pekerjaanmu. Misalnya, kamu dapat beristirahat selama 10-15 menit sebelum bekerja kembali.
  6. Buat Jadwal Kerja yang Jelas
    Tentukan deadline yang jelas untuk pekerjaanmu agar kamu tidak mengambil waktu untuk bekerja terlalu banyak. Buatlah pembagian waktu yang jelas antara bekerja dan beristirahat supaya kamu tidak mengambil waktu untuk recharge dengan bekerja.
  7. Cari Tahu Tujuan Hidupmu
    Nah, salah satu tips untuk menghindari toxic productivity adalah dengan merefleksikan kembali apa yang menjadi tujuan hidupmu karena seluruh hidupmu tidak hanya kamu dedikasikan untuk pekerjaanmu saja. Gali apa yang ingin kamu lakukan di luar dari pekerjaanmu.

Toxic productivity terlihat sebagai sesuatu yang sepele tapi nyatanya jika terus dibiarkan lama-kelamaan hal tersebut justru dapat mengganggu kesehatan mental dan fisikmu. Jika kamu memiliki masalah dalam mengatasi toxic productivity yang kamu alami, jangan sungkan untuk berkonsultasi dengan tenaga ahli, seperti psikolog, terapis, psikiater, atau konselor.

Referensi

Asana. (2022). Toxic Productivity Is No Good – Here’s How to Stop It. www.asana(dot)com

Huffpost. (2021). What Is Toxic Productivity? Here’s How to Spot The Damaging Behavior. www.huffpost(dot)com

Real Simple. (2021). The Dangerous Trap of Toxic Productivity-and How to Break the Cycle. www.realsimple(dot)com


Yuk Share!

Leave a Reply

×

 

Hello!

Terimakasih sudah mengunjungi website Dear Senja. Ada yang bisa kami bantu?

× Contact Us On WhatsApp