Stockholm Syndrome: Pengertian, Gejala, Penyebab, & Solusinya
Yuk Share!

Stockholm syndrome sudah bukan fenomena baru yang hanya terjadi di film-film karena kondisi ini dapat terjadi di dunia nyata! Meskipun terdengar seperti sebuah plot twist di film genre thriller, tapi Stockholm syndrome adalah sesuatu yang sudah pernah terjadi di banyak kasus kejahatan.

Bagi sebagian orang, Stockholm syndrome dianggap sebagai suatu kondisi di mana korban dimanipulasi untuk memiliki ikatan emosional dengan pelaku. Namun, sebenarnya seperti apa Stockholm syndrome itu? Cari tahu selengkapnya melalui artikel di bawah ini!

Baca juga: Gaslighting Adalah Hal yang Perlu Diwaspadai! Kenali Perilaku Ini

Apa Itu Stockholm Syndrome?

Stockholm Syndrome: Pengertian, Gejala, Penyebab, & Solusinya
Sumber gambar: https://unsplash(dot)com/photos/-yz22gsqAH0

Stockholm syndrome adalah kondisi saat korban atau tahanan merasakan ikatan emosional atau psikis terhadap pelaku atau orang yang telah menganiaya atau menyakitinya. Ikatan emosional ini membuat korban merasakan simpati ke pelaku.

Meskipun terdengar tidak logis, tapi korban yang mengalami Stockholm syndrome mengembangkan ikatan emosional dengan pelaku dan tidak akan melawan dan kabur dari pelaku, meskipun sudah dibebaskan atau memiliki kesempatan untuk melarikan diri.

Istilah ‘Stockholm syndrome‘ sendiri muncul pada tahun 1973 saat terjadi kasus perampokan bank di Stockholm, Swedia. Para karyawan bank yang menjadi tawanan selama enam hari mengembangkan ikatan emosional dengan perampok bank dan menolak untuk meninggalkan mereka.

Bahkan, karyawan bank yang menjadi tahanan malah membela para perampok dan tidak ingin bersaksi di pengadilan. Mereka juga membantu menggalang dana untuk pembebasan para perampok tersebut. Untungnya, Stockholm syndrome adalah kondisi yang cukup jarang terjadi.

Stockholm syndrome umumnya terjadi pada kasus penculikan, tetapi kondisi ini juga bisa terjadi pada kasus lainnya, seperti hubungan yang toxic, kekerasan dalam rumah tangga, atau abusive coaching.

Misalnya, seorang pelatih olahraga memanipulasi atletnya untuk menjalani pelatihan yang bersifat abusive dengan dalih demi kebaikan atlet itu. Saat berada dalam manipulasi pelatihnya, para atlet dapat bersimpati atau menrasionalisasi perilaku abusive pelatih mereka dan merasa kalau para pelatih sudah bekerja keras demi kebaikan mereka.

Kenapa Seseorang Bisa Terkena Stockholm Syndrome?

Ketika terjadi sebuah perampokan, korban tahanan akan dikurung bersama perampok dalam jangka waktu yang tidak menentu, bisa dalam hitungan jam, hari, minggu, bahkan bertahun tahun. Keadaan tersebut memaksa kedua pihak dalam satu ruangan.

Sebuah hubungan antara kedua pihak dapat terbentuk, seperti perampok yang mengurus para tahanan akan terlihat seperti tindakan yang positif di mata para tahanan. Ketika seseorang dalam sindrom stockholm ada kemungkinan mereka akan mengalami perasaan yang campur aduk akan cinta, simpati, empati, dan keinginan untuk melindungi perampok.

Penyebab Stockholm Syndrome

Gambar jeruji adalah inti dari stockholm syndrome
Sumber gambar: https://unsplash(dot)com/photos/1r0TPtmhEZA

Penyebab dari Stockholm syndrome adalah sesuatu yang masih menjadi misteri. Belum ada yang bisa menjawab secara pasti apa yang membuat beberapa korban kejahatan mengembangkan ikatan emosional dengan penawannya.

Salah satu teori yang mungkin dapat menjelaskan Stockholm syndrome adalah teori evolusi. yang menekankan kalau di zaman dulu para wanita sering diculik oleh suku lain dan untuk bisa survive mereka perlu beradaptasi dan mengembangkan suatu ikatan emosional dengan penculik mereka.

Meskipun demikian, ini bukanlah penyebab atau jawaban pasti dari kemunculan Stockholm syndrome. Namun, para ahli telah mengidentifikasi beberapa faktor yang dapat meningkatkan peluang seorang korban mengalami Stockholm syndrome, yaitu:

  • Ditawan selama beberapa hari atau lebih
  • Para penawan harus dekat secara fisik dengan tahanannya
  • Para pelaku kejahatan harus memperlakukan para tahanannya dengan baik atau setidaknya tidak melukai para tawanan
  • Korban bergantung dengan penawannya untuk kebutuhan dasar, seperti makanan dan minuman

Gejala Stockholm Syndrome

Stockholm Syndrome: Pengertian, Gejala, Penyebab, & Solusinya
Sumber gambar: https://unsplash(dot)com/photos/PPWXd6bvRoM

Uniknya, gejala dari Stockholm syndrome hampir serupa dengan ciri-ciri PTSD. Bahkan, beberapa orang yang mengalami Stockholm syndrome juga memenuhi kriteria diagnosis PTSD atau acute stress disorder. Berikut adalah beberapa gejala Stockholm syndrome yang umumnya dialami oleh korban kejahatan:

  1. Memiliki perasaan terhadap pelaku kejahatan
  2. Adanya Keinginan dan mencoba untuk membantu pelaku
  3. Memiliki rasa tidak percaya terhadap pihak yang ingin menyelamatkan korban
  4. Membenarkan tindak kekerasan dengan beragam alasan

Stockholm Syndrome dalam Hubungan

Stockholm syndrome juga berlaku dalam hubungan pertemanan, pacaran, bahkan orang tua dan anak. Bentuk yang sering ditemukan adalah menggunakan kekerasan dalam hubungan. Bentuk kekerasan kerap kali salah diterjemahkan oleh para pasangan dari korban sebagai bentuk kepedulian ataupun korban merasa pantas mendapatkan kekerasan karena mereka merasa kurang pantas dengan harapan pasangan mereka.

Baca juga: Apa Itu Emotional Abuse: Defenisi, Ciri, Serta Cara Mengatasinya

Bagaimana Cara Mengatasi Stockholm Syndrome?

Seseorang seperti terpenjara
Sumber gambar: https://unsplash(dot)com/photos/aIRBGPafi74

Stockholm syndrome tidak diakui sebagai gangguan mental. Oleh karena itu, kondisi ini tidak dicantumkan di DSM-5. Biasanya, orang yang mengalami Stockholm syndrome akan diberikan psikoterapi, medikasi, atau keduanya.

Psikoterapi akan diberikan untuk mengatasi gejala-gejala yang muncul akibat kejadian traumatis yang dialami, seperti flashback atau mimpi buruk. Selain itu, psikoterapi juga membantu mengajarkan cara-cara yang lebih sehat untuk mengatasi pengalaman yang traumatis.

Selama psikoterapi, orang yang memiliki Stockholm syndrome bisa belajar untuk menyadari bahwa rasa simpatinya terhadap pelaku kejahatan bisa jadi suatu mekanisme pertahanan diri untuk bisa survive saat kejadian tersebut.

Kalau kamu atau orang terdekatmu mengalami Stockholm syndrome, tidak perlu ragu untuk berkonsultasi ke tenaga ahli, seperti psikolog, psikiater, konselor, ataupun terapis.

Reference

Healthline. (2019). What Is Stockholm Syndrome and Who Does It Affect?. www.healthline(dot)com

Verywell Mind. (2020). What Is Stockholm Syndrome?. www.verywellmind(dot)com

WebMD. (2023). What Is Stockholm Syndrome?. www.webmd(dot)com

Summary
Memahami Stockholm Syndrome, Jatuh Cinta dengan Penjahat
Article Name
Memahami Stockholm Syndrome, Jatuh Cinta dengan Penjahat
Description
Stockholm syndrome adalah kondisi saat korban atau tahanan merasakan ikatan emosional atau psikis terhadap pelaku atau orang yang telah menganiaya atau menyakitinya. Ikatan emosional ini membuat korban merasakan simpati ke pelaku.
Author
Publisher Name
Dear Senja
Publisher Logo

Yuk Share!

Leave a Reply

×

 

Hello!

Terimakasih sudah mengunjungi website Dear Senja. Ada yang bisa kami bantu?

× Contact Us On WhatsApp