Seorang laki-laki menjadi korban playing victim
Yuk Share!

Apa itu Playing Victim? Playing victim adalah salah satu perilaku yang kerap kali muncul dalam saat ada konflik antara dirimu dengan orang lain. Playing victim ini erat kaitannya dengan victim mentality dan dapat dilakukan oleh orang terdekatmu atau bahkan dirimu sendiri.

Perilaku playing victim dapat disadari atau bahkan tidak disadari. Namun, jika tidak segera ditanggulangi, playing victim dapat menjadi salah satu bentuk manipulasi terhadap orang lain yang berpotensi merusak hubungan atau menciptakan hubungan yang tidak sehat.

Nah, ayo kenali apa itu playing victim, apa kaitannya dengan victim mentality, dan bagaimana cara menghadapi orang yang melakukan playing victim.

Baca juga: Diam Tidak Selalu Emas! Ketahui Silent Treatment Dan Cara Mengatasinya

Apa Itu Playing Victim?

Playing victim memunculkan depresi terhadap orang lain
Sumber gambar: https://unsplash(dot)com/photos/AUxkLxLgE0w

Playing victim adalah suatu perilaku yang muncul saat seseorang memiliki victim mentality atau merasa hal buruk selalu terjadi pada dirinya dan di luar kendalinya, serta merasa segala sesuatunya disebabkan oleh orang lain.

Playing victim dikenal dalam beragam istilah, seperti victim syndrome, victim mentality, dan victim complex. Semuanya merujuk pada satu poin utama, yaitu orang yang melakukannya menganggap dirinya adalah korban yang perlu dikasihani.

Orang yang melakukan playing victim berpikir bahwa semua orang tidak berada di pihaknya. Mereka selalu merasa kalau hal buruk yang terjadi adalah sesuatu yang tidak dapat diperbaiki ataupun diatasi.

Pada kenyataannya, orang yang melakukan playing victim sedang lari dari tanggung jawabnya dengan menyalahkan orang lain atas hal yang mungkin disebabkan oleh dirinya. Mereka merasa semuanya berada di luar kendalinya.

Saat seseorang melakukan playing victim, mereka akan merasa orang lain tidak memahami dirinya dan dia selalu menjadi korban. Orang-orang yang melakukan playing victim kerap kali menerapkan hal tersebut untuk mendapatkan simpati dan perhatian dari orang sekitarnya.

Orang yang melakukan playing victim juga terlalu sensitif dan mudah memendam kekesalan atau kebencian. Mereka merasa semua hal buruk yang dikatakan oleh orang lain ditujukan untuk dirinya, padahal belum tentu demikian adanya.

Meskipun sudah diberikan beragam solusi, orang yang melakukan playing victim akan mencari alasan untuk mematahkan solusi tersebut dan malah membuat orang yang ingin membantunya menjadi kebingungan dan merasa frustrasi.

Selain menyalahkan orang di sekitarnya, orang yang melakukan playing victim juga bisa membuat berbagai alasan untuk menghindari tanggung jawab atas kesalahan yang dilakukannya.

Perilaku playing victim dapat dipicu oleh adanya trauma atau kejadian buruk di masa lalu yang membuatnya merasa terpojok atau kehilangan kepercayaan terhadap dirinya ataupun orang lain. Dengan kata lain, perilaku playing victim ini dilakukan sebagai bentuk defense mechanism.

Ciri-ciri Orang yang Melakukan Playing Victim

Playing victim menyusahkan korban pria ini
Sumber gambar: https://unsplash(dot)com/photos/vPiHwKaJaKs

Setelah memahami apa itu playing victim, tentunya tidak sulit untuk mencari tahu tanda-tanda apakah seseorang melakukan playing victim atau tidak. Berikut adalah beberapa ciri-ciri dari perilaku playing victim:

  1. Selalu menyalahkan orang lain atas segala hal buruk yang menimpanya
  2. Marah ketika seseorang mencoba membantunya dengan menawarkan solusi
  3. Selalu merasa orang lain memiliki hidup yang lebih baik dan lebih mudah darinya
  4. Tidak ingin bertanggung jawab atas kesalahannya
  5. Merasa tidak ada gunanya mencari solusi
  6. Memiliki persepsi atau sikap negatif dalam segala situasi
  7. Mempunyai kemarahan yang terpendam
  8. Merasa orang lain tidak peduli dengannya
  9. Cenderung pasif dalam menjalani kesehariannya
  10. Memiliki kecenderungan untuk overthinking mengenai suatu situasi
  11. Memiliki rasa empati yang rendah terhadap masalah orang lain
  12. Merasa dunia tidak adil
  13. Berperilaku defensif terhadap setiap perkataan orang lain.
  14. Pesimis terhadap masa depannya
  15. Tidak ingin mencoba atau berusaha sehingga tidak berani mengambil risiko
  16. Merasa lebih baik saat mengasihani diri sendiri
  17. Merasa segala hal buruk selalu terjadi padanya
  18. Merasa lega ketika mendapatkan simpati atau rasa iba dari orang lain
  19. Selalu merasa tidak berdaya
  20. Memiliki kecenderungan untuk membesar-besarkan suatu masalah
  21. Merasa kegagalan adalah sesuatu yang permanen
  22. Merasa was-was kalau hal buruk akan terjadi padanya
  23. Sulit menghadapi tantangan
  24. Memiliki circle pertemanan yang juga sering komplain dan suka menyalahkan orang lain
  25. Memiliki kepercayaan diri atau keberhargaan diri yang rendah
  26. Tidak dapat memberikan dukungan emosional ke orang lain
  27. Merasa sulit membuat perubahan dalam hidupnya
  28. Ingin orang yang dianggap melakukan kesalahan pada dirinya untuk mengakuinya
  29. Merasa kurang dukungan dari orang sekitar
  30. Ingin orang lain menyadari bahwa dirinya adalah korban
  31. Memiliki pandangan yang hitam putih terhadap orang sekitarnya

Baca juga: Emotional Blackmail: Saat Emosi Dijadikan Senjata

Cara Menghadapi Orang yang Melakukan Playing Victim

Siluet korban playing victim
Sumber gambar: https://unsplash(dot)com/photos/a-xEUwYSPLw

Memahami apa itu playing victim berserta ciri-cirinya tidak berarti kamu dapat dengan mudah menangani orang yang melakukan perilaku tersebut. Berikut adalah beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk menghadapi orang yang melakukan playing victim:

1. Berdiskusi Secara Jujur dan Terbuka

Ajak orang yang melakukan playing victim untuk berbicara. Cobalah untuk berempati dengan apa yang dia alami dan cari tahu apa yang memicu perilaku playing victim yang dilakukannya.

Berikan mereka waktu untuk bercerita dan katakan dengan jujur tanda-tanda dari playing victim yang mereka lakukan karena bisa jadi mereka tidak menyadari apa yang sedang dilakukan.

2. Jangan Menegaskan Posisinya Sebagai ‘Korban’

Meskipun kamu berusaha berempati dengan rasa sakit dan masalah yang dia alami, kamu tetap perlu memandang masalah tersebut secara objektif dan tidak menegaskan posisinya sebagai ‘korban’.

Jika orang yang melakukan playing victim menyalahkanmu ketika kamu bukan penyebabnya, jangan meminta maaf hanya untuk membuatnya tenang.

3. Bangun Personal Boundaries

Hindari mentoleransi perilaku playing victim yang dilakukan teman atau keluargamu. Jika apa yang ia lakukan sudah membuatmu tidak nyaman atau menganggu kesehatan mentalmu, sudah saatnya kamu menegaskan personal boundaries-mu.

4. Fokus ke Pemberian Solusi

Jangan hanya berempati dengan apa yang dikatakan oleh orang yang melakukan playing victim. Hindari memberikan mereka respon positif berupa rasa iba dan empati yang tidak berujung solusi. Selalu coba berikan mereka beragam alternatif jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi.

Bantu mereka untuk mencari jalan keluar atau mengasah kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah dan mencari solusi.

5. Tekankan Pencapaian dan Kelebihannya

Orang-orang yang melakukan playing victim terlalu berfokus pada hal-hal buruk yang menimpanya dan sering kali tidak menghargai pencapaian serta kelebihan-kelebihan dalam dirinya.

Oleh karena itu, kamu perlu mengingatkan dan mengganti persepsinya untuk tidak hanya berfokus pada hal negatif tetapi juga hal positif dalam dirinya.

Apabila kamu atau orang terdekatmu sering melakukan playing victim, kamu bisa mengunjungi tenaga ahli, seperti psikolog, psikiater, terapis, ataupun konselor, untuk memahami apa pemicu dari perilaku ini dan cara menanggulanginya.

Apabila kamu ingin mengetahui lebih banyak soal berbagai bentuk manipulasi ataupun tips pengembangan diri, kamu bisa bergabung dalam grup Telegram Dear Senja di sini!

Referensi

Healthline. (2019). How to Identify and Deal with a Victim Mentality. www.healthline(dot)com

PsychCentral. (2022). What Are the Signs of a Victim Mentality?. www.psychcentral(dot)com

Verywell Mind. (2021). What Is a Victim Mentality?. www.verywellmind(dot)com


Yuk Share!

Leave a Reply

×

 

Hello!

Terimakasih sudah mengunjungi website Dear Senja. Ada yang bisa kami bantu?

× Contact Us On WhatsApp